Senin, 07 Maret 2011

mengukur hati

tiap waktu dalam keadaan sadar kita suka berbincang-bincang dengan hati kita,kadang membicarakan keinginan, memberikan nilai atas kejadian yang terjadi pada kita atau pada hal-hal yang terjadi disekitar kita,kadang sekedar keluhan yang kita bicarakan dengan hati kita itu.
semua terjadi tiap waktu dalam kehidupan kita, kemudian pertanyaannya siapakah yang ada dalam hati kita yang senantiasa kita ajak berbicara itu?
bersambung...

syukur itu memberi kenikmatan

seorang tukang batu yang biasa sehari-harinya memecah batu digunung batu, pekerjaan yang keras dan sangat melelahkan itu dia lakoni setiap harinya, sampai suatu hari ditengah hari yang sangat panas dia beristirahat, tiba-tiba dia melihat seorang raja yang naik tandu dan yang diiringi oleh pengawal-pengawalnya. situkangbatu itu berkata dalam hatinya : “alangkah enaknya menjadi seorang raja”…Tiba-tiba..! berubahlah ia (situkang batu) itu menjadi raja….wah bener ternyata menjadi raja itu enak kemana-mana diiring-iring,makanan enak selalu tersedia ga cape seperti menjadi tukang batu. suatu hari diperjalanan situng batu yang telah menjadi raja itu sedang dalam perjalanan..tapi panas matahri tidak bisa ia hindari panas walupun tandu yang ia pakai sudah sangat tertutup, tapi keringat tetap deras keluar dari sela-sela kulitnya…dia berkata dalam hatinya…kayaknya enak kalau aku menjadi matahari…..tiba-tia…ia berubah menjadi matahari…waaaaah senenga banget menjadi matahi bisa memanasi semua yang ada di bumi, tiap yang ia lewati ia panaskan dengan teriknya, sampai suatu ketika langit mendung panas matharipun terhalang-halangi oleh mendungnya, maka ia situkang batu yang kini telah berubah menjadi matharipun berpikir lagi…..! ternyata menjadi mathari pun masih terhalang-halangi oleh awan mendung, maka ia berkata dalam hatinya….alangkah enaknya kalau aku menjadi awan mendung, akan aku hujani semua yang ada dibumi ini…maka tiba-tiba berubahlah ia menjadi awan yang mendung… dengan sombongnya ia menghalangi matahari dan mnghujani setiap yang ia lewati ia berkata,…hahaha ga ada yang bisa menghalangiku…semuanya kalah oleh kekuatanku….ditengah kesombongannya sambil menurunkan hujan yang deras dan membanjiri apapun yang dilewatinya, tiba-tiba ia melewatu sebuah gunung batu yang besar terus-terusan ia menghujaninya, tapi gunung itu tetap berdiri dengan tegarnya..ia berkata, wah ternyata kehebatanku ga bisa mengalahkan gunung batu itu, kemudian ia berkata alangkah hebatn dan enaknya jika aku menjadi gunung batu itu, maka tiba-tiba ia pun berubah menjadi gunung batu yang besar……hahahaha aku sangat kuat matahari dan hujan lebatpun ga berpengaruh buat aku…….ia sangat senang sekali menjadi sebuah gunung bat….sampai suatu pagi datanglah seorang tukang batu dengan martilnya. sedikit-sedikit dia memukulkan martilnya dan memecahkan batu-batu di gunung itu,……maka situkang batu yang telah berubah menjadi raja, menjadi mathari, menjadi awan mendung dan kini menjadi gunung batu itu mulai lagi berpikir……ternyata kehebatan ku ini dikalahkan oleh seorang tukang batu,kemudian ia berkata dalam hati, alangkah enaknya menjadi tukang batu,,,,,,,,tiba-tiba ia berubah menjadi tukang batu kembali…….
cerita diatas adalah sebuah ilustrasi sederhana yang menunjukan bahwa kita sering melihat kesenangan orang lain, kemudian kita ingin seperti orang lain itu, padahal kebahagiaan itu sedang kita miliki hanya kita sangat sulit sekali bersyukur terhadap anugrah yang telah diberikan Alloh SWT pada kita. semoga bermanfaat.

Kaitan antara shalat dan qurban

  قُلْ إِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى للَّهِ رَبّ ٱلْعَـٰلَمِينَ " Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hi...